Friday, January 25, 2013

Bangunan Pusaka Kota

(Fotografer: Risfan Munir)

Bangunan pusaka peninggalan kolonial jika dirawat menjadi aset daya tarik kota. Partisipasi pemilik gedung tentunya sangat besar perannya. Foto diatas contoh baik pelestarian pusaka budaya tangible.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

KOTA PUSAKA - Inovasi Asset-based Urban Planning


Nampaknya pendakatan perencanaan berbasis aset (asset-based planning) seperti yang diintrodusir John Fiedman bisa diterapkan dengan adanya, misalnya, program penataan dan pelestarian Kota Pusaka. Kita juga sempat menyinggung hal ini beberapa waktu lalu dengan  membahas Pusaka Kotagede. 

Menarik apa yang diutarakan oleh Imam S. Ernawi, Dirjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum (Majalah Tempo 16/12/2012, h 134), bahwa: "Pelestarian pusaka perkotaan terlah berevolusi, dari monumen dan situs arkeologi ke kota yang hidup dan saujana. Dari restorasi ke regenerasi serta panduan perencanaan dan desain perkotaan. Dari mono-disipliner ke integrasi dan perencanaan partisipatoris."

Disampaikan pula pengertian "PUSAKA" yang meliputi: pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. 
PUSAKA ALAM ialah pusaka yang terbentuk oleh alam, menghasilkan bentuk dan pemandangan yang istimewa. 

PUSAKA BUDAYA, ialah pusaka yang berasal dari hasil cipta, rasa, dan karsa, berarti juga karya dari 500 lebih suku di Tanahair, secara sendiri-sendiri, dan dalam kesatuan, serta interaksinya dengan budaya lain.

PUSAKA SAUJANA, ialah pusaka yang merupakan gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu.

Aset pusaka ini menarik, karena ini adalah modal suatu kota untuk "membangun identitasnya", agar tidak seragam tenggelam dalam citra "mal dan kemacetan lalu-lintas sekitarnya". Sekaligus sumber inspirasi dalam pengembangan kegiatan ekonomi yang lebih kreatif. (@masrisfan)

ASET BUDAYA KOTA

Tujuan pembangunan kota adalah mingkatkan livability nya. Salah satu aspeknya, cultural livelihood.

Masih ingat waktu perencanaan pembangunan permukiman transmigrasi dulu, begitu rumah dihuni, lahan pertanian digarap, maka warga baru segera "mengembangkan budaya"nya. Yang dri Jawa mengambil gamelan dan perangkat tarinya, yang dari Ponorogo bawa reog, dari Bali bawa barong, gamelan. Budaya keagamaan juga mereka hidupkan sekitar masjid, gereja, dan pura. 


Bukti bahwa cultural livelihood itu bagian dari tujuan pembangunan kota yang perlu diperhatikan.

Di kota besar, kian berkembang resto-resto, warung-warung kuliner tradisional. Tentu bukan unsur budaya tak ragawi (intangible) saja, perhatian warga pada arsitektur bangunan sebagai bentuk budaya ragawi (tangible) juga berkembang dengan pemilihan gaya arsitektur atau elemen interior seperti mebel, hiasan dinding, dan pernik koleksi hiasannya. Pada skala lanskap, patung, pilihan jenis vegetasi pertamanan, juga telah menjadi pertimbangan. Saat ini menjadi aset budaya, atau pusaka budaya ragawi kota-kota (twit @masrisfan)

Saturday, January 19, 2013

Aset Budaya Kota

Tujuan pembangunan kota (urban development) adalah mingkatkan livability nya. Salah satu aspeknya, cultural livelihood.

 

Masih ingat waktu perencanaan pembangunan permukiman transmigrasi dulu, begitu rumah dihuni, lahan pertanian digarap, maka warga baru segera "mengembangkan budaya"nya. Yang dri Jawa mengambil gamelan dan perangkat tarinya, yang dari Ponorogo bawa reog, dari Bali bawa barong, gamelan. Budaya keagamaan juga mereka hidupkan sekitar masjid, gereja, dan pura. Bukti bahwa cultural livelihood itu bagian dari tujuan pembangunan kota yang perlu diperhatikan.

 

Di kota besar, kian berkembang resto-resto, warung-warung kuliner tradisional. Tentu bukan aset budaya tak ragawi (intangible) saja, perhatian warga pada arsitektur bangunan sebagai bentuk asset budaya ragawi (tangible) juga berkembang dengan pemilihan gaya arsitektur atau elemen interior seperti mebel, hiasan dinding, dan pernik koleksi hiasannya.

 

Pada skala lanskap, patung, pilihan jenis vegetasi pertamanan, juga telah menjadi pertimbangan. Saat ini menjadi aset budaya, atau pusaka budaya ragawi kota-kota (@masrisfan)

Friday, January 18, 2013

Pusaka Museum Cikal BRI Purwokerto

(Fotografer: Risfan Munir)

Museum BRI di Purwokerto merupakan pusaka ragawi bangunan yang mengisahkan berdirinya Bank Rakyat Indonesia (BRI).
BRI awalnya dirintis oleh Raden Arja Wiraatmadja pada tahun 1895, atau berumur 118 tahun saat ini. Sejak awal berdirinya, BRI memang didasari motif mendukung pembangunan ekonomi rakyat, mendorong usaha kecil/mikro terkait tani dan nelayan. Oleh karena itu, dalam sejarah namanya sempat "Bank Koperasi Tani dan Nelayan" (BKTN). Selama 118 tahun BRI telah membuktikan dirinya sebagai perusahaan tangguh melewati masa kolonial Belanda, zaman Jepang, perjuangan pra dan pasca kemerdekaan, orde lama, maupun Orde Baru.

Museum yang letaknya di tengah kota Purwokerto ini terdiri dari: bangunan asli waktu cikal-bakal BRI dirintis (lihat foto); lalu bangunan utama museum yang bergaya arsitektur pra-kemerdekaan. Museum berisi mural sejarah BRI, lalu diorama-diorama hidup, yang menggambarkan situasi masyarakat dan aktivitas ekonominya, dan gambaran pelayanan transaksi R Arja Wiriaatmadja dengan nasabah. Menarik untuk membayangkan bagaimana cara memperkenalkan budaya "mempercayakan tabungan ke bank". Isi museum yang lain, seperti contoh "oeang tempo doeloe", susunan pimpinan direksi dari masa ke masa, dan tampilan lainnya yang menunjukkan dinamika sejarah linimasa. (@masrisfan)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, January 16, 2013

Pusaka Candi Kuno Nusantara

Pusaka candi-candi kuno di seluruh Nusantara merupakan aset budaya dan pariwisata Indonesia yang menjadi bukti kebesaran negara kita yang terdiri dari ribuan pulau ini.

Buku full color berjudul "Jelajah Candi Kuno Nusantara" yang ditulis oleh Wiratna Sujarweni ini mengantarkan kita kepada wisata sejarah candi-candi kuno dari masa Hindu, lalu Budha, dari pulau ke pulau.

Wisata pusaka candi-candi mulai dari DI Yogyakarta, Semarang, Banjarnegara, Temanggung, dan Karanganyar. Di wilayah ini tentu saja diulas "kisah sejarah, konsep, dan struktur" candi-candi besar Borobudur, Mendut, Prambanan. Tapi sebelum itu Wiratna, penulis buku ini, juga mengajak kita menjelajah ke candi-candi Asu Sengi, Pendem Sengi, Lumbung Sengi, Gunung Wukir, dan beberapa candi lainnya. Semua dilengkapi foto. Salah satunya, yang mengesankan bagi saya, foto Candi Sewu dari udara (bird eye-view) menunjukkan kemajuan desain tata letak yang artistik dan harmonis.

Candi-candi kuno di Jawa Timur, di Jawa Barat juga dijelajahi. Kalau Anda di wilayah Malang, Jawa Timur, beberapa candi yang bisa dikunjungi, a.l.: candi Badut, candi Jago, candi Kidal, candi Singosari, candi Sumberawan.

Di luar dugaan, ternyata banyak Candi-candi kuno di luar Jawa, baik di Sumatera, Kalimantan, Bali. Dari banyak candi yang dijelajahi di Sumatera, a.l. candi-candi: Muara Takus, Sulung (Tuo), Bungsu, Stupa Mahligai, Palangka, Bahal, Muaro Jambi.
Di Kalimantan, a.l.: candi Laras, candi Agung. Sementara di Bali: candi Gunung/Tebing Kawi.
Sedang di Jawa Barat dijelajahi candi Cangkuang, candi Batujaya.

Buku ini tinggi nilainya sebagai pengantar untuk mengenal "pusaka budaya ragawi", terutama bangunan bersejarah. Asyik juga dibaca sebagai rekreasi sambil merencanakan wisata pusaka bersama keluarga. (@masrisfan)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pusaka Keroncong Gambir

(Sumber foto: Risfan Munir)
Pusaka budaya musik keroncong, life-show di Setasiun Gambir Jakarta. Sungguh indah, di sore hari, menunggu datangnya kereta Biru Malam, mendengarkan musik keroncong nan merdu. Keroncong yang segera membawa lamunan ke tempo doeloe. Betul-betul surprise!

Inilah contoh pusaka budaya yang menyejukkan, menghibur. Mengekspresikan gairah hidup bangsa, dari masa ke masa.

Pusaka desakota, seperti benang merah yang menghubungkan Setasiun Gambir masa kini dengan Stasiun Gambir pada masa perjuangan, seperti digambarkan oleh komposisi pusaka era Ismail Mazuki, atau penggambaran suasana versi Pramudia Ananta Toer.

Ini contoh pusaka desakota yang tak lekang oleh waktu. Konon sejarah Musik Keroncong dimulai dari era Portugis yang dikembangkan oleh anak bangsa melintasi waktu hingga era musik serba digital saat ini. (@masrisfan)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, January 13, 2013

Pusaka Bangunan Cagar Budaya

Pusaka bangunan cagar budaya, kriterianya apa? Apakah usia, kekhasannya?
Provinsi DKI Jakarta contohnya menggunakan kriteria: nilai sejarah, umur bangunan/lingkungan, keaslian, dan kelangkaannya.

Kriteria bangunan cagar budaya dibedakan dalam 3 kategori:
Golongan A, yaitu bangunan yang memenuhi kriteria nilai sejarah dan keasliannya. Ketentuan pelestarian aset pusaka ini: bangunan tak boleh diubah sama sekali.
Golongan B, untuk bangunan yang memenuhi kriteria keaslian, kelangkaan, landmark, arsitektur, dan umur. Bangunan kategori ini hanya boleh diubah sebagian, namun dikembalikan kepada fungsi asalnya.
Golongan C, yaitu bangunan yang memenuhi kriteria umur dan arsitektur. Pusaka bangunan kategori ini boleh diubah sesuai kemauan pemilik, namun harus ada izin dari instansi terkait.
(Sumber a.l. diringkas dari  Media Indonesia, 13-1-2013)

Friday, January 11, 2013

Gedung Merah, Ice cream Ragusa

(Sumber foto: Risfan Munir)

Pusaka budaya ragawi, paling nyata ialah "pusaka gedung bersejarah", contohnya adalah deretan shop-houses sepanjang Jl. Veteran, Jakarta Pusat ini.

Deretan "gedung merah" ini relatif terawat baik, stuktur dan komponen utama bangunannya. Peruntukannya saat ini sebagian besar adalah rumah makan, termasuk: Ice-cream Ragusa, Dapurbaba, Kopitiam, makanan Palembang, dan lainnya. Yang bukan resto termasuk kantor BPPI (Badan Pelestarian Pusaka Indonesia).

Ice-cream Ragusa sendiri sudah terkenal sejak zaman kolonial Belanda. Sampai hari ini masih ramai pengunjung. Kedua, restauran Dapur Baba yang menghidangkan menu ala peranakan "Indonesia-China". Untuk pusaka kuliner yang dihidangkan terutama menu pesisir utara Jawa. Salah satunya ialah "rujak cingur". (Twit: @masrisfan)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pusaka Kuliner Desa ke Kota

(Sumber foto: Risfan Munir)

"Pusaka kuliner" termasuk pusaka budaya yang paling dekat dengan kita. Soto Madura, nasi "Buk" Madura, sesuai namanya tentu heritage khas etnik Madura.

Salah satu depot/warung soto Madura di kota Malang adalah yang ada di jalan Lombok. Oleh karena itu disebut "Soto Lombok." Warung ini bisa disebut melestarikan pusaka kuliner Soto Madura, karena setia dengan usaha ini selama lebih dari setengah abad. Menu yang populer ialah "soto ayam".

"Nasi Buk" (Duro) sesungguhnya nasi campur (rijstafel) dengan sayur nangka muda, gorengan "dendeng ragi", daun kemangi, pilihan gorengan, dan seterusnya. Di kota Malang yang terkenal yang ada di Jl Kidul Dalem, buka pagi-siang.

Yang menarik "Nasi Buk" ini juga ada di caffee-shop/resto Hotel Tugu, satu boutique hotel yang terkemuka di Malang. Foto diatas menunjukkan "Nasi Buk" yang disajikan semeja dengan bunga poinsettia saat menjelang hari Natal. Soto Madura, Nasi Buk dari makanan tradisional rakyat, berhasil dilestarikan, dan diadopsi sebagai menu masa kini di tengah budaya kontemporer kota. (@masrisfan)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Camilan Jajan Pasar

(Sumber foto: Risfan Munir)

Pusaka kuliner, jajan pasar, kue basah tentu punya kisah sendiri sehingga bisa masuk ke menu sarapan di coffee-shop hotel-hotel berbintang di seluruh tanah air.

Kue mangkok, wajid, klepon, ongol-ongol, ketan, ternyata disukai banyak orang, dari anak-anak, remaja hingga lanjut usia.
Kisah sukses kue basah dan jajan pasar ini ternyata melintas daerah, melintas suku, dari Sabang hingga Merauke.

Ini contoh pusaka kuliner yang berhasil melintas zaman. Entah berapa generasi telah memasak, dan mengembangkannya, dari keterampilan keluarga, rumahan untuk dinikmati sendiri, untuk hidangan acara keluarga, komunitas, hari-hari tertentu. Kini sebagian telah menjadi "industri kecil jajan pasar".

Industri kue basah, jajan pasar telah berkembang di banyak kota. Bahkan ada pasar subuh yang jadi "bursa jajan pasar", seperti di Pasar Senen dan Blok-M Jakarta. Juga industri kue basah yang rutin mengisi hotel-hotel seperti hotel Santika, supermarket seperti Carrefour, Hero, Giant dan lainnya. Tentu ribuan kesempatan kerja telah tercipta dari "pelestarian pusaka kuliner jajan pasar" ini. (Twit @masrisfan)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tahun Pusaka Indonesia 2013

Tahun Pusaka Indonesia 2013 (TPI-2013) dicanangkan BPPI, Badan Pelestari Pusaka Indonesia. TPI-2013 ini mengangkat tema "Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat" (Heritage for Community Welfare).

Ini bagus kalau kita sambut, dukung, sebagai momentum untuk memupuk "cinta pusaka". Baby steps yang bisa dilakukan mulai dengan memfasilitasi masyarakat: menikmati kuliner, memakai baju bahan tradisional, nonton pagelaran seni, mengunjungi museum, kampung tradisional terdekat. Termasuk mengunjungi obyek-obyek alam, panorama gunung dan lembah, ke pantai, pulau-pulau kecil.

Tahun Pusaka Indonesia 2013 bisa dihidupkan dengan menyelenggarakan berbagai "festival". Festival tarian tradisional, teater rakyat tradisional, macapat, tembang, dan sejenisnya. Juga festival fotografi obyek Pusaka.
Menyelenggarakan wisata pusaka, dengan mengunjungi berbagai lokasi yang kaya aset pusaka. Baik pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana.
"Generasi muda" terutama perlu ditingkatkan apresiasinya terhadap "aset-aset pusaka", yang merupakan kekuatan identitas bangsa dalam menghadapi tantangan millenium ke-4. (Twit @masrisfan)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pusaka Kuliner Camilan Desa

Pusaka kuliner ribuan jenisnya di Nusantara. Putu mayang, lupis, bubur merah, jenang ketan, balapis Manado, adalah sebagian dari kekayaan budaya dalam kreativitas menu makanan ringan.
Pusaka kuliner camilan atau makanan kecil ini terbukti bisaa jadi "duta" dari makanan tradisional, bahkan dari desa, yang disukai tamu-tamu hotel berbintang di kota-kota besar di seluruh wilayah Tanahair. (@masrisfan)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, January 10, 2013

Budaya Makan Sambal

Salah satu contoh pusaka budaya kuliner yang sudah turun-temurun, dari generasi ke generasi dipelihara, dinikmati, dikembangkan ialah "budaya makan sambal.

Kini, pusaka dari berbagai tradisi daerah di Nusantara dihidangkan di hotel-hotel mewah sekalipun. Contohnya antara lain aneka sambal yang dihidangkan di Hotel Santika Bogor. Adaa sambal ijo, sambal teri, sambal oncom, sambal mangga muda, dan lainnya (@masrisfan).

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, January 7, 2013

Aneka Pusaka

Pusaka Nusantara dapat dibedakan atas 3 jenis: (1) Pusaka alam; (2) Pusaka budaya; dan (3) Pusaka saujana.

Pusaka Alam, yaitu pemandangan alam atau panorama, taman bunga, hutan, bentang alam, pantai, pulau-pulau, gunung, lembah, sungai, air terjun, guwa, dan lainnya.

Pusaka Budaya, dapat dibedakan dua jenis: (a) berwujud atau ragawi (tangible); (b) tak-berwujud (intangible). Pusaka budaya ragawi, contohnya: tenun, batik, kerajinan perak, keramik, ukir, patung, dan bangunan, arsitektur, sejenisnya.
Pusaka budaya tak-ragawi misalnya, karya dan kemampuan dalam: seni suara, seni panggung, sastra (cerita, puisi), seni tari, seni musik lokal.

Pusaka Saujana, merupakan hamparan atau kompleks, lingkungan dengan aset pusaka alam yang menarik, disitu aset budaya ragawi dan takragawi memperkaya. Sehingga potensi alam dan budayanya berinteraksi membentuk kesatuan aset pusaka yang utuh (twit @masrisfan)
Powered by Telkomsel BlackBerry®